Rabu, 23 September 2015

" Cerita kejam yg di paksakan "

" Cerita kejam yg di paksakan "
Pada jaman dahulu kala ada orang-orang yang banyak jumlahnya seperti pasir dan debu banyaknya, tidak terhitung jumlahnya.
Orang-orang itu beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; 
mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.
Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah itu,
Berkatalah raja itu kepada rakyatnya:
"Bangsa itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.
Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan jika terjadi peperangan jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita,
lalu pergi dari negeri ini."
Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa:
mereka harus mendirikan bagi raja kota-kota perbekalan.
Tetapi
makin ditindas,
makin bertambah banyak dan berkembang mereka,
sehingga orang merasa takut kepada orang-orang yang banyak itu.
Lalu dengan kejam orang suruhan raja memaksa orang itu bekerja,
dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat,
yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata,
dan berbagai-bagai pekerjaan di padang,
ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang suruhan raja kepada mereka itu.
Raja juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Orang orang itu katanya:
"Apabila kamu menolong perempuan orang orang itu pada waktu bersalin,
kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir:
jika anak laki-laki,
kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."
Tetapi Bidan bidan itu tidak melakukan seperti yang dikatakan raja kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
Lalu raja memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka:
"Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?"
Jawab bidan-bidan itu kepada raja :
Sebab perempuan Orang orang itu tidak sama dengan perempuan orang kita raja, melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang,
mereka telah bersalin."